Terapi panas, atau yang dikenal sebagai termoterapi, telah menjadi metode pengobatan non-invasif yang diandalkan selama berabad-abad. Metode sederhana ini menawarkan solusi efektif untuk meredakan nyeri akut maupun kronis, menjadikannya pilihan populer di kalangan fisioterapis dan masyarakat umum. Berdasarkan data klinis dari sebuah studi yang dipublikasikan pada Jurnal Fisioterapi di Jakarta Selatan pada 10 November 2024, efektivitas terapi panas dalam mengurangi ketegangan otot mencapai angka 75% pada pasien yang mengalami low back pain non-spesifik. Prinsip dasar terapi panas sangat sederhana: meningkatkan suhu area tubuh yang sakit, yang kemudian memicu respons biologis kompleks. Ketika panas diaplikasikan, pembuluh darah di area tersebut melebar (vasodilatasi). Pelebaran ini berfungsi ganda, yaitu membawa lebih banyak darah kaya oksigen dan nutrisi ke jaringan yang rusak, sekaligus mempercepat pembuangan limbah metabolik seperti asam laktat yang menumpuk di otot setelah aktivitas berat atau cedera. Proses ini adalah kunci utama dalam pemulihan jaringan dan pencegahan peradangan berlanjut.

Penerapan terapi panas sangat bervariasi, tergantung pada kondisi dan lokasi nyeri. Jenis panas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama. Pertama, panas lembap (moist heat), seperti kompres air hangat, mandi air panas, atau handuk lembap yang dipanaskan. Panas lembap sering dianggap lebih efektif karena mampu menembus jaringan kulit lebih dalam. Kedua, panas kering (dry heat), yang berasal dari bantal pemanas elektrik, lampu infra merah, atau plester panas. Meskipun tidak menembus sedalam panas lembap, panas kering tetap memberikan manfaat signifikan, terutama bagi individu yang memerlukan terapi jangka panjang dan mobilitas. Misalnya, seorang petugas aparat kepolisian dari Satuan Lalu Lintas (Satlantas) di Kota Bandung, yang mengalami kejang otot leher akibat jam kerja panjang di jalanan, sering kali memilih bantal pemanas kering portabel untuk meredakan nyeri saat bertugas atau saat istirahat singkat, karena kemudahannya dibawa dan digunakan tanpa perlu persiapan air panas. Selain itu, meredakan nyeri melalui terapi panas ini sangat dianjurkan untuk mengatasi kram menstruasi, kekakuan sendi pada penderita osteoarthritis, dan cedera otot yang bersifat kronis—yaitu, cedera yang terjadi lebih dari enam minggu.

Namun, penting untuk memahami kapan terapi panas tepat digunakan. Terapi panas sebaiknya tidak digunakan pada cedera akut atau baru terjadi (dalam 48-72 jam pertama), seperti keseleo mendadak atau memar. Pada fase akut, jaringan masih mengalami peradangan aktif, dan pemberian panas justru dapat meningkatkan aliran darah, memperburuk pembengkakan, dan memperpanjang waktu pemulihan. Dalam kasus cedera baru, kompres dingin (krioterapi) adalah pilihan yang tepat. Setelah fase akut berlalu dan pembengkakan mulai mereda, barulah terapi panas dapat diperkenalkan untuk mendorong penyembuhan. Waktu aplikasi juga sangat spesifik; untuk nyeri ringan, aplikasi selama 15 hingga 20 menit sudah cukup. Sementara itu, untuk nyeri yang lebih parah atau area tubuh yang luas, seperti punggung, sesi terapi dapat diperpanjang hingga 30 menit, tetapi tidak boleh melebihi satu jam untuk menghindari risiko luka bakar. Prosedur ini harus selalu dilakukan dengan pengawasan suhu yang ketat.

Selain itu, terdapat kontraindikasi yang harus diperhatikan. Individu dengan kondisi medis tertentu, seperti diabetes, neuropati perifer (kerusakan saraf yang menyebabkan mati rasa), penyakit vaskular perifer, atau masalah jantung, harus berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum menggunakan terapi panas. Misalnya, pada pasien diabetes, karena sensasi nyeri pada kulit berkurang (neuropati), mereka mungkin tidak merasakan panas berlebih, yang berpotensi menyebabkan luka bakar serius. Sebuah insiden tercatat pada 12 Mei 2023 di sebuah klinik di Surabaya Timur, di mana seorang pasien tidak sengaja mengalami lepuh tingkat dua akibat penggunaan botol air panas yang terlalu lama dan suhunya tidak terkontrol. Kejadian ini menekankan pentingnya penggunaan alat yang aman, seperti bantal pemanas yang memiliki pengatur suhu otomatis. Secara keseluruhan, ketika digunakan dengan bijaksana dan sesuai indikasi, terapi panas merupakan alat yang kuat, mudah diakses, dan ekonomis untuk meredakan nyeri dan meningkatkan kualitas hidup secara holistik.