Nyeri kronis adalah tantangan kesehatan yang kompleks dan berkepanjangan, seringkali melemahkan kualitas hidup penderitanya. Bagi individu yang didiagnosis dengan kondisi seperti Fibromyalgia dan Arthritis (radang sendi), pengelolaan nyeri yang efektif menjadi prioritas utama. Di sinilah Terapi Panas (termoterapi) memainkan peran yang sangat krusial, menawarkan pendekatan non-farmakologis yang mampu mengurangi intensitas nyeri, kekakuan, dan meningkatkan mobilitas. Berbeda dengan cedera akut yang memerlukan kompres dingin, kondisi kronis seperti rheumatoid arthritis dan fibromyalgia sangat diuntungkan dari penerapan panas karena sifatnya yang membantu relaksasi otot dan meningkatkan aliran darah lokal. Sebuah data dari hasil survey yang dilakukan oleh Yayasan Arthritis Indonesia di Jawa Barat pada bulan Maret 2025 menunjukkan bahwa 85% responden yang rutin menggunakan Terapi Panas melaporkan adanya penurunan tingkat kekakuan sendi pada pagi hari. Efek ini terjadi karena panas memicu vasodilatasi, yang membawa lebih banyak oksigen dan nutrisi ke area sendi yang meradang, sekaligus membantu menghilangkan produk sampingan peradangan.
Pada kasus Fibromyalgia, yang ditandai dengan nyeri muskuloskeletal yang meluas dan kelelahan, Terapi Panas sangat membantu dalam meredakan tender points (titik-titik nyeri) dan spasme otot yang sering menyertai kondisi ini. Panas memiliki efek analgesik (peredam nyeri) alami dengan meningkatkan ambang batas rasa sakit pada reseptor saraf. Selain itu, kehangatan yang merata dan meresap membantu mengendurkan serabut otot yang tegang secara kronis, yang sangat vital bagi penderita yang sering mengalami ketegangan otot tanpa sebab yang jelas. Jenis aplikasi yang sering disarankan untuk kondisi ini adalah mandi air hangat atau hydrotherapy, karena memungkinkan panas memapar seluruh tubuh secara merata dan memberikan efek bobot air yang mendukung. Seorang ahli fisioterapi dari Klinik Reumatologi di Semarang, dr. Adityawarman, Sp.KFR, dalam catatannya pada tanggal 10 Juli 2024, secara khusus merekomendasikan sesi berendam air hangat bersuhu $37^{\circ}\text{C}$ hingga $40^{\circ}\text{C}$ selama 15-20 menit sebelum tidur bagi pasien Fibromyalgia, untuk meningkatkan kualitas tidur yang sering terganggu oleh nyeri.
Sementara itu, untuk Osteoarthritis, yang merupakan keausan tulang rawan sendi, kekakuan adalah gejala utamanya. Panas membantu meningkatkan elastisitas kolagen pada jaringan ikat, membuat tendon dan ligamen menjadi lebih lentur. Hal ini mempermudah pergerakan sendi yang kaku dan mengurangi rasa sakit saat bergerak. Aplikasi lokal Terapi Panas seperti bantalan gel yang dipanaskan atau bahkan kantong biji-bijian yang dipanaskan dalam microwave sering digunakan pada sendi-sendi kecil seperti jari-jari tangan atau lutut. Namun, penting untuk diingat bahwa panas harus digunakan dengan hati-hati. Terapi panas harus dihindari selama masa flare-up akut pada rheumatoid arthritis, di mana sendi sedang bengkak parah dan merah. Pada kondisi tersebut, kompres dingin adalah pilihan yang lebih tepat untuk mengendalikan peradangan.
Aspek krusial lainnya dari Terapi Panas adalah kemampuannya untuk meningkatkan fleksibilitas dan rentang gerak (Range of Motion/ROM) sebelum melakukan latihan peregangan atau penguatan. Dengan melonggarkan otot dan jaringan ikat sebelum sesi latihan, risiko cedera lebih lanjut berkurang, dan efektivitas latihan rehabilitasi meningkat. Seorang perawat kesehatan di Panti Sosial Tresna Werdha di Tangerang, Ibu Siti Nurhaliza, melaporkan pada 12 Januari 2025 bahwa program pemanasan sendi lutut dengan kompres panas sebelum sesi latihan jalan kaki pada lansia penderita Arthritis berhasil mengurangi keluhan nyeri pasca-latihan sebesar 20% dalam sebulan. Dengan penggunaan yang tepat dan terukur, serta koordinasi dengan profesional medis, Terapi Panas bukan sekadar kenyamanan, melainkan bagian integral dan tak terpisahkan dari manajemen jangka panjang nyeri kronis.
Gọi ngay
Đặt hàng